Buah Manggis Buah Rambutan, Hari Kamis Asyik Bermain Peran

·

·

,

(Semarang, 06-02-2025). Bermain peran menjadi kegiatan yang menyenangkan bagi karyawan BBPMP Provinsi Jawa Tengah ketika mengikuti In House Training atau IHT. IHT yang dilaksanakan beberapa pekan mulai bulan Januari setiap hari mulai dari hari Senin sampai dengan kamis membutuhkan ketahanan fisik dan psikis agar dapat terjaga kekonsitenan semangat dan partisipasinya. Narasumber harus bisa membuat skenario sedemikian rupa agar peserta tidak merasa bosan, lelah dan turun motivasinya. Salah satu strategi untuk membuat suasana kelas yang menyenangkan dan bermakna, narasumber menggunakan metode bermain peran atau role play. Bermain peran adalah sebuah kegiatan pembelajaran dengan menugaskan peserta untuk memerankan suatu tokoh yang ada dalam materi atau peristiwa yang diungkapkan dalam bentuk cerita sederhana. Sebagai contoh seorang peserta berperan sebagai seorang guru, sedangkan peserta lain berperan sebagai murid. Peran guru tersebut mengikuti skenario sesuai dengan materi yang diberikan narasumber, namun demikian pemeran – pemeran tersebut bisa dan biasanya mengembangkan baik dari narasi maupun cerita ketika bermain  peran.

Salah seorang narasumber yang juga Widyaprada BBPMP, Sari Purnamawati mengatakan bahwa ‘tujuan dari kegiatan bermain peran pada kegiatan pembelajaran ini adalah untuk memberi kesempatan kepada peserta mendalami materi dan merasakan langsung yang diperankannya, sehingga materi lebih dipahami dan mengetahui cara mengimplementasikannya’. Tidak semua materi bisa di sampaikan dengan bermain peran, sehingga seorang narasumber harus bisa memilih dan memilah materi bagian mana yang bisa disampaikan dengan bermain peran dan tidak. Metode pembelajaran bermain peran ini memiliki beberapa keunggulan, antara lain; membuat suasana kelas yang asyik dan menyenangkan. Pada saat bermain peran biasanya pemeran dan peserta lain memerankan dengan menambah-nambahi hal yang unik dan lucu. Keunggulan lainnya adalah membangun empati pemeran terhadap yang diperankannya. Sebagai contoh ketika karyawan BBPMP memerankan sebagai guru dikelas bisa merasakan bagaimana rasanya ketika menghadapi murid yang berbeda-beda dan perilaku yang beda, sehingga diharapkan karyawan BBPMP ketika melakukan pendampingan ke guru bisa berempati dan menemukan solusi yang sesuai dengan kondisi. Bermain peran juga memberikan kesempatan peserta mempelajari materi lebih dalam dan detail, karena ketika akan memerankan sebuah peran dia akan mempelajari berbagai hal yang berhubungan dengan perannya, bahkan bisa menggabungkan dan mengintegrasikan dengan materi yang lain. Ketika memerankan guru dalam mengajarkan matematika kepada murid ternyata harus belajar psikologi anak dan tentang setting ruang misalnya. Namun demikian untuk memperoleh hasil yang diharapkan dari bermain peran, ada beberapa prasyarat; memerlukan keaktifan peserta, oleh karena itu narasumber harus memahami sejauhmana keaktifan peserta dalam kelas, apakah peserta sudah saling kenal, apakah peserta pada selalu pasif dan sebagainya. Jika peserta tidak cukup aktif, maka permainan peran akan ‘garing’ kurang bergairah dan tidak berkembang. Syarat lainnya adalah peserta memiliki pengetahuan walaupun sedikit, tentang karakter yang akan diperankannya. Dan untuk hasil yang optimal pastikan setting ruang yang mendukung untuk bermain peran, peserta merasa bebas, menikmati, dan semua peserta bisa menyaksikan dan menikmati permainan baik dari segi bahasa, budaya yang sedang diperankan. “Role play bisa membuat peserta lebih aktif, dan kadang-kadang bisa memunculkan peserta yang berpotensi untuk menggerakkan kelas lebih aktif’, ujar Sigit salah seorang peserta IHT dikelas B. Bermain peran tidak hanya bisa bermanfaat untuk kesegaran pembelajaran di kelas tetapi juga bisa memantik ide dan pengetahuan peserta dengan pengetahuan yang saling berkaitan. (heri m)


Layanan Prioritas
Kelompok Rentan

Helpdesk
Kemdikbud