Semarang, 20-02-2025. UNESCO (2022), Research has shown that education in one’s mother tongue is a crucial aspect of inclusive and quality learning” This means that when students are taught in a language they are familiar with, they are more likely to understand the concepts being taught, and are less likely to feel discouraged or demotivated and in turn, can lead to a greater sense of achievement and a more positive attitude towards learning. Menurut UNESCO (2022), “Penelitian telah menunjukkan bahwa pendidikan dalam bahasa ibu merupakan aspek penting dari pembelajaran yang inklusif dan berkualitas.” Artinya, ketika siswa diajar dalam bahasa yang mereka kenal, mereka cenderung lebih memahami konsep yang diajarkan, dan cenderung tidak merasa putus asa atau kehilangan motivasi. Pada gilirannya, hal ini dapat mengarah pada rasa pencapaian yang lebih besar dan sikap yang lebih positif terhadap pembelajaran. Pernyataan ini merupakan salah satu alasan mengapa SMA Negeri 4 kota Semarang membelajarkan bahasa Jawa sebagai salah satu mata pelajarannya.
Pembelajaran bahasa Jawa ini tidak hanya diajarkan diruang kelas saja namun juga memberikan kesempatan murid untuk praktik dalam percakapan sehari-hari. Bahasa Jawa sebagai bahasa ibu sebagaian besar murid ditanamkan kepada murid tidak hanya untuk mendapatkan nilai saja tetapi juga menanamkan kebanggaan untuk berbahasa jawa dan mempertahankan budaya jawa. Salah satu yang membuat bangga dan mahir berbahasa jawa adalah murid-murid kelas XII sepakat untuk menggelar pentas ketoprak sehari penuh hari kamis, 20 pebruari 2025, yang berlangsung meriah di Auditorium sekolah, Jalan Karangrejo Raya 12A, Srondol Wetan, Banyumanik, Semarang. Pagelaran ini melibatkan 396 siswa dari 11 kelas yang menampilkan 11 lakon budaya Jawa, di antaranya: Damarwulan Winisudha, Ken Arok Ken Dedes, Sultan Agung Bendhu, Ronggolawe Gugat, Joko Tingkir, Sang Ra Kuti, Reog Ponorogo, Sinjang Ratu Kalinyamat, Arya Penangsang Gugur, Sumpah Palapa, hingga Adeging Mataram.
Kepala SMA Negeri 4 Semarang, Wiwin Sri Winarni, SS, menyampaikan apresiasi atas dukungan dari berbagai pihak, termasuk Paguyuban Orang Tua Siswa, Komite Sekolah, serta guru pembimbing, Iis Islamiyah dan Rosalisa. “Kawulo ngaturaken rasa bangga marang siswa kelas XII sing kanthi ora langsung melu nguri-uri kabudayan Jawa lan mraktekake basa jawa kanthi nyuguhake karya Adi Luhung kang mirunggan iki, “Rasa bangga kami sampaikan kepada siswa-siswi kelas XII yang secara tidak langsung turut nguri-uri budaya Jawa dan mempraktikan bahasa jawa dengan mempersembahkan karya adi luhung yang luar biasa ini,” ujar Wiwin. Karya besar siswa-siswi kelas XII ini juga pernah diberikan saat duduk di bangku kelas X dua tahun lalu yakni ‘Pagelaran Wayang Wong’ secara kolosal dengan melibatkan seluruh siswa.
Pagelaran Kethoprak ini didukung kuat oleh perwakilan orang tua siswa dan para siswa kelas X dan XI. “Pagelaran ketoprak kolosal melibatkan semua kelas XII ini, tidak hanya sebatas pagelaran seni budaya saja, tapi juga merupakan pembelajaran integratif yang mengembangkan potensi anak, menanamkan karakter, dan tentunya kemampuan literasi dan numerasi anak, melalui sebuah aktifitas yang membutuhkan pemikiran yang kreatif, mendalam, dan menyenangkan”, ujar Heri Martono, Widyaprada BBPMP Jawa Tengah ketika menghadiri pegalaran ketoprak ini. SMA Negeri 4 Semarang kembali membuktikan komitmennya dalam melestarikan budaya bangsa melalui kegiatan kreatif, bermakna, mendalam, dan menyenangkan. Pagelaran ini diharapkan menjadi inspirasi bagi generasi muda untuk terus mencintai dan melestarikan seni budaya leluhur termasuk berbahasa Jawa. (heri m)