Melati Indri Hapsari
Widyaprada Ahli Madya
Kebijakan pemerintah yang baru di bidang pendidikan salah satunya penerapan pendekatan pembelajaran mendalam. Keberhasilan penerapan pembelajaran mendalam tergantung kompetensi guru, karena peran Guru dan Tenaga Kependidikan (GTK) sangat penting bagi terjadinya transformasi pembelajaran di kelas. Akselerasi transformasi pembelajaran murid dapat terjadi jika para guru dan tenaga kependidikan senang dan rutin belajar untuk meningkatkan kompetensinya. Peningkatan kompetensi guru dan tenaga kependidikan dapat dilakukan dengan berbagai cara seperti pelatihan, pendampingan, mentoring, coaching, atau komunitas belajar. Komunitas belajar adalah salah satu strategi untuk meningkatkan kompetensi guru dan tenaga kependidikan.
Konsep komunitas belajar dalam sekolah yang digunakan mengadaptasi dari teori Professional Learning Community (PLC) yang dikembangkan oleh Richard DuFour, dkk. (2021) dan Community of Practice (CoP) yang dikembangkan oleh Etienne Wenger-Trayner (2012). Komunitas belajar dalam sekolah menjadi wadah bagi guru dan tenaga kependidikan untuk belajar bersama dan berkolaborasi secara rutin. Kegiatan dalam komunitas ini idealnya memiliki tujuan yang jelas dan terukur dalam meningkatkan kualitas pembelajaran sehingga berdampak pada hasil belajar murid. Untuk memaksimalkan keberadaannya, diperlukan kolaborasi yang baik dan komitmen bersama antara guru dan tenaga kependidikan di dalam komunitas belajar. Komunitas belajar merupakan sekelompok guru dan tenaga kependidikan (GTK) yang belajar bersama, berkolaborasi secara terjadwal dan berkelanjutan dengan tujuan yang jelas serta terukur untuk meningkatkan kualitas pembelajaran sehingga berdampak pada hasil belajar murid. Komunitas belajar dilaksanakan dengan dua fokus yaitu komunitas belajar yang berpusat pada pembelajaran murid dan komunitas belajar yang berpusat pada peningkatan kompetensi GTK.
Keberhasilan dari komunitas belajar dapat dilihat pada beberapa aspek antara lain kepemimpinan berbagi dan mendukung, komitmen dan nilai bersama, pembelajaran kolektif dan penerapannya, berbagi praktik, kondisi mendukung (struktur dan relationship). Aspek yang pertama kepemimpinan berbagi dan mendukung, aspek ini tercermin dari adanya tim kecil sebagai penggerak komunitas belajar. Kepala sekolah mengawali komunitas belajar dalam sekolah dengan membentuk tim kecil yang akan membantu kepala sekolah merealisasikan jalannya komunitas belajar dalam sekolah. Tim kecil merupakan tim yang dibentuk oleh kepala sekolah, atau secara mandiri dibentuk oleh penggerak komunitas belajar yang ditetapkan oleh kepala sekolah. Tim kecil terdiri atas tim manajemen dan guru yang memiliki potensi kepemimpinan, dapat menggerakkan rekan sesama guru, memiliki komitmen tinggi, dan keterampilan dalam memfasilitasi kegiatan komunitas belajar. Kondisi di lapangan contohnya di Kabupaten Pati pada jenjang SMP diketahui bahwa sebanyak 84,87% satuan pendidikan telah membentuk tim kecil di satuan pendidikan masing-masing.
Aspek kedua komitmen dan nilai bersama, aspek ini terdiri dari 3 indikator yaitu terdapat keyakinan bahwa komunitas belajar penting, terdapat komitmen bersama dan nilai yang disepakati bersama, komitmen dan nilai-nilai bersama diterapkan dalam proses belajar di komunitas belajar. Dari ketiga indikator tersebut yang perlu dikuatkan adalah nilai-nilai bersama diterapkan dalam proses belajar di komunitas belajar, hasil dari survey jenjang SMP di Kabupaten Pati diketahui bahwa baru 60,62% komunitas belajar yang komitmen dan nilai-nilai bersama diterapkan dalam proses belajar di komunitas belajarnya.
Aspek ketiga pembelajaran kolektif dan penerapannya, aspek ini terdiri dari 6 indikator yaitu percakapan diskusi berfokus pada pembelajaran murid, berdiskusi memecahkan tantangan/masalah pembelajaran murid, berdiskusi merencanakan pembelajaran murid bersama, terdapat kolaborasi antar guru dalam komunitas belajar bersama, orientasi komunitas belajar berbasis data hasil belajar murid, komunitas belajar dilaksanakan dalam siklus yang terdiri dari refleksi awal, perencanaan, implementasi dan evaluasi.
Siklus Belajar dalam Komunitas Belajar
Dari 6 indikator di atas yang penerapannya masih kurang maksimal adalah komunitas belajar dilaksanakan dalam siklus yang terdiri dari refleksi awal, perencanaan, implementasi dan evaluasi. Hal ini terbukti diperoleh data sebanyak 56,58% komunitas belajar belum melaksanakan aktivitasnya dengan menggunakan siklus yang benar. Siklus belajar dalam komunitas belajar menunjukkan bahwa kegiatan belajar dalam komunitas merupakan proses utuh dan berkelanjutan mulai dari refleksi awal sampai kembali lagi ke refleksi awal. Siklus ini memastikan hasil belajar dalam komunitas diimplementasikan dalam pembelajaran, dan refleksi dari implementasi pembelajaran menjadi bahan diskusi dalam komunitas agar terjadi perbaikan pembelajaran.
Aspek keempat berbagi praktik, aspek ini terdiri dari 2 indikator yaitu melakukan observasi pembelajaran di kelas guru model dan melakukan refleksi bersama. Kedua indikator di atas masih sangat rendah penerapannya. Hasil survey jenjang SMP di Kabupaten Pati, untuk melakukan observasi pembelajaran di kelas guru model hanya 34,35% komunitas belajar yang melakukan, dan untuk melakukan refleksi hanya 47,48% komunitas belajar.
Aspek kelima kondisi mendukung (struktur dan relationship), aspek kondisi mendukung dibagi menjadi dua yaitu struktur dan relationship. Masing-masing mempunyai indikator. Aspek kondisi mendukung struktur terdiri dari 2 indikator yaitu mengalokasikan waktu belajar di komunitas belajar minimal 1 jam per minggu, terdapat jadwal dan topik diskusi komunitas belajar. Kedua indikator tersebut belum maksimal perlu didorong untuk mengalokasi waktu belajar, terjadwal dan mempunyai topik diskusi, hal tersebut sesuai data dari hasil survey diketahui hanya 42,43% komunitas belajar yang mengalokasikan waktu belajar di komunitas belajar minimal 1 jam per minggu. Aspek kondisi mendukung relationship (terbangun lingkungan belajar yang ramah guru di komunitas belajar) yang terdiri dari 5 indikator yaitu anggota komunitas belajar saling menghargai pendapat satu dan lainnya, anggota komunitas belajar saling mendengarkan dan menyimak dengan baik pendapat yang lainnya, setiap anggota memiliki kesempatan yang sama dalam menyampaikan pendapatnya, setiap anggota berkontribusi secara aktif, terdapat rasa saling membutuhkan antar anggota komunitas belajar. Kelima indikator tersebut sudah maksimal dilakukan di komunitas belajar.
Melihat aspek-aspek di atas, keberadaan komunitas belajar masih perlu mendapatkan pendampingan agar peranan komunitas belajar dapat dilakukan secara maksimal dalam rangka peningkatan kompetensi GTK. Peran Dinas Pendidikan melalui pengawas sekolah dapat melakukan pendampingan saat komunitas belajar berproses di satuan pendidikan masing-masing.